Minggu, 03 Mei 2009

Catatan seorang demontran

Soe Hok Gie adalah merupakan sebuah fenomena besar di dalam sejarah dunia gerakan kepemudaan di Indonesia terutama gerakan mahasiswa, di mana Soe Hok Gie adalah seorang tokoh yang mewakili gerakan pemuda pasca angkatan 45 yang biasa disebut angkatan 66. Tak hanya itu, tetapi ada suatu fenomena menarik dan kontroversial dari diri Gie, yaitu sebenarnya bagaimana kondisi pergulatan pemikiran dan perjuangan dari.

Gie sendiri, apakah ia seorang pejuang yang mempunyai idealisme untuk memperjuangkan tegaknya keadilan dan kebenaran bagi rakyat yang tertindas oleh kediktatoran dan kesewenang-wenangan penguasa di bumi pertiwi ini? Ataukah dengan idealismenya yang keras dan berkobar-kobar tersebut justru malah membuat Gie terjebak di dalam irama konstelasi politik yang telah diformat sedemikian rapi oleh suatu kolaborasi internasional yang kemudian meruntuhkan kekuasaan Orde Lama untuk kemudian digantikan dengan kekuasaan Orde Baru yang dilatar belakangi oleh kekuatan negara-negara pemodal? Hal tersebut sampai saat ini masih merupakan sebuah misteri besar, mengingat Gie sendiri adalah salah satu tokoh yang menggagas mengenai adanya kemanunggalan militer dengan rakyat melalui konsep DwiFungsinya yang kemudian diselewengkan oleh penguasa Orde Baru untuk sebuah alat legitimasi kekuasaan yang sangat ampuh, bahkan Gie diketahui secara terbuka mendukung petinggi-petinggi militer saat itu untuk duduk di tampuk kekuasaan Orde Baru. Tetapi apakah Gie sama sekali tidak pernah menyadari bahwa ada suatu skenario besar yang dibuat oleh militer dan negara-negara pemodal untuk memperlancar masuknya ribuan investasi modal asing di Indonesia yang pada akhirnya justru akan menimbulkan suatu sistem penindasan yang amat sangat luar biasa bagi rakyat Indonesia, yang tentu hal ini akan sangat bertentangan dengan keyakinan Gie sendiri yang sangat anti terhadap adanya penindasan terhadap umat manusia terutama golongan lemah. Sesungguhnya Gie tak hanya kritis kepada Soekarno, namun ia juga kritis terhadap Soeharto, meskipun sikap kritisnya terhadap mantan presiden kedua RI itu timbul belakangan.

Gie sendiri pernah mengutarakan mengenai permasalahan ini kepada kawan akrabnya, Ben Anderson, dimana ia berkata bahwa ia telah salah menaruh kepercayaan kepada Militer yang telah berubah menjadi sosok yang sangat fasis, Gie juga mengatakan pada Ben Anderson bahwa telah ada dehumanisasi besar-besaran di pulau Jawa dan Bali sebagai dampak dari perubahan konstelasi politik pasca Orde Baru yang tentu saja membuat ia resah akan adanya penyelewengan-penyelewengan kepercayaan yang ia berikan kepada orde baru. Tetapi sebelum kita lebih jauh merefleksikan hal tersebut alangkah lebih baiknya kita mengenali terlebih dahulu siapa sang demonstran ini yang mungkin saja masih terdengar asing bagi generasi muda saat ini.

Soe Hok Gie

Tidak ada komentar: