Soe Hok Gie adalah merupakan sebuah fenomena besar
di dalam sejarah dunia gerakan kepemudaan di Indonesia terutama gerakan
mahasiswa, di mana Soe Hok Gie adalah seorang tokoh yang mewakili
gerakan pemuda pasca angkatan 45 yang biasa disebut angkatan 66. Tak
hanya itu, tetapi ada suatu fenomena menarik dan kontroversial dari diri
Gie, yaitu sebenarnya bagaimana kondisi pergulatan pemikiran dan
perjuangan dari.
Gie
sendiri, apakah ia seorang pejuang yang mempunyai idealisme untuk
memperjuangkan tegaknya keadilan dan kebenaran bagi rakyat yang
tertindas oleh kediktatoran dan kesewenang-wenangan penguasa di bumi
pertiwi ini? Ataukah dengan idealismenya yang keras dan berkobar-kobar
tersebut justru malah membuat Gie terjebak di dalam irama konstelasi
politik yang telah diformat sedemikian rapi oleh suatu kolaborasi
internasional yang kemudian meruntuhkan kekuasaan Orde Lama untuk
kemudian digantikan dengan kekuasaan Orde Baru yang dilatar belakangi
oleh kekuatan negara-negara pemodal? Hal tersebut sampai saat ini masih
merupakan sebuah misteri besar, mengingat Gie sendiri adalah salah satu
tokoh yang menggagas mengenai adanya kemanunggalan militer dengan rakyat
melalui konsep DwiFungsinya yang kemudian diselewengkan oleh penguasa
Orde Baru untuk sebuah alat legitimasi kekuasaan yang sangat ampuh,
bahkan Gie diketahui secara terbuka mendukung petinggi-petinggi militer
saat itu untuk duduk di tampuk kekuasaan Orde Baru. Tetapi apakah Gie
sama sekali tidak pernah menyadari bahwa ada suatu skenario besar yang
dibuat oleh militer dan negara-negara pemodal untuk memperlancar
masuknya ribuan investasi modal asing di Indonesia yang pada akhirnya
justru akan menimbulkan suatu sistem penindasan yang amat sangat luar
biasa bagi rakyat Indonesia, yang tentu hal ini akan sangat bertentangan
dengan keyakinan Gie sendiri yang sangat anti terhadap adanya
penindasan terhadap umat manusia terutama golongan lemah. Sesungguhnya
Gie tak hanya kritis kepada Soekarno, namun ia juga kritis terhadap
Soeharto, meskipun sikap kritisnya terhadap mantan presiden kedua RI itu
timbul belakangan.
Gie
sendiri pernah mengutarakan mengenai permasalahan ini kepada kawan
akrabnya, Ben Anderson, dimana ia berkata bahwa ia telah salah menaruh
kepercayaan kepada Militer yang telah berubah menjadi sosok yang sangat
fasis, Gie juga mengatakan pada Ben Anderson bahwa telah ada
dehumanisasi besar-besaran di pulau Jawa dan Bali sebagai dampak dari
perubahan konstelasi politik pasca Orde Baru yang tentu saja membuat ia
resah akan adanya penyelewengan-penyelewengan kepercayaan yang ia
berikan kepada orde baru. Tetapi sebelum kita lebih jauh merefleksikan
hal tersebut alangkah lebih baiknya kita mengenali terlebih dahulu siapa
sang demonstran ini yang mungkin saja masih terdengar asing bagi
generasi muda saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar